Sistem dan Struktur Politik Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru

Wishlist Share
Share Course
Page Link
Share On Social Media

About Course

Mempelajari sejarah masa Orde Baru, kita akan dapat memahami betapa dalam upaya untuk mengubah situasi negara yang kacau diperlukan lebih dahulu stabilisasi di berbagai bidang. Hanya saja kran demokrasi, sesungguhnya juga harus dijaga. Dalam hal pembangunan, kita juga harus mengakui ada banyak keberhasilan di bidang ini, yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru. Meniadakan begitu saja keberhasilan tersebut sama saja kita tak mengakui pencapaian positif yang telah diraih Indonesia hingga saat ini. Bagaimanapun sejarah merupakan perjalanan yang terus berlanjut dan berkesinambungan.

What Will You Learn?

  • Aksi-Aksi Tritura
  • Surat Perintah Sebelas Maret
  • Dualisme Kepemimpinan Nasional
  • Stabilisasi Politik dan Keamanan sebagai Dasar Pembangunan
  • Stabilisasi Penyeragaman
  • Penerapan Dwi fungsi ABRI
  • Rehabilitasi Ekonomi Orde Baru
  • Kebijakan Pembangunan Orde Baru
  • Integrasi Timor-Timur
  • Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi Masa Orde Baru

Course Content

Masa Transisi 1966-1967

  • Aksi-Aksi Tritura
  • Surat Perintah Sebelas Maret
  • Dualisme Kepemimpinan Nasional

Stabilisasi Politik dan Rehabilitasi Ekonomi
Terbentuknya pemerintahan Orde Baru yang diawali dengan keputusan Sidang Istimewa MPRS tanggal 12 Maret 1967 yang menetapkan Jenderal Soeharto sebagai pejabat presiden. Kedudukannya itu semakin kuat setelah pada 27 Maret 1968, MPRS mengukuhkannya sebagai presiden penuh. Pengukuhan tersebut dapat dijadikan indikator dimulainya kekuasaan Orde Baru. <br> Setelah memperoleh kekuasaan sepenuhnya, pemerintah Orde Baru mulai menjalankan kebijakan-kebijakan politik dan ekonomi yang telah ditetapkan oleh Sidang MPRS tahun-tahun sebelumnya, seperti Stabilitas Politik Keamanan (Tap MPRS No.IX/1966), Stabilitas Ekonomi (Tap MPRS No.XXIII/19 66), dan Pemilihan Umum (Tap MPRS No.XI/1966).<br> Pemerintahan Orde Baru memandang bahwa selama Orde Lama telah terjadi penyimpangan terhadap pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila. Di antara penyimpangan tersebut adalah pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dan pelaksanaan politik luar negeri yang cenderung memihak blok komunis (Blok Timur). Sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh MPRS, maka pemerintahan Orde Baru segera berupaya menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara konsekuen dengan melakukan rehabilitasi dan stabilisasi politik dan keamanan (polkam). Tujuan dari rehabilitasi dan stabilisasi tersebut adalah agar dilakukan pembangunan ekonomi bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.<br> Dalam melaksanakan rehabilitasi dan stabilisasi Polkam, pemerintah Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto menggunakan suatu pendekatan yang dikenal sebagai pendekatan keamanan (security approach), termasuk di dalamnya de-Soekarnoisasi dan depolitisasi kekuatan-kekuatan organisasi sosial politik (orsospol) yang dinilai akan merongrong kewibawaan pemerintah. Seiring dengan itu, dibentuk lembaga-lembaga stabilisasi seperti; Kopkamtib (pada 1 November 1965), Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional (11 Agustus 1966), dan Dewan Pertahanan Keamanan Nasional (1 Agustus 1970).<br> Mengenai kebijakan politik luar negeri yang dipandang menyimpang, pemerintah Orde Baru berupaya mengembalikan Indonesia dari politik Nefos-Oldefos dan “Poros Jakarta-Pnom Penh-Hanoi-Peking-Pyongyang” ke politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Tujuan dari politik luar negeri pun diarahkan untuk dapat dilakukannya pembangunan kesejahteraan rakyat. Hal itu tampak dari pernyataan Jenderal Soeharto sebagai pemegang mandat Supersemar tanggal 4 April 1966, beliau menyatakan bahwa Indonesia akan menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif, yang mengabdi kepada kepentingan bangsa dan ditujukan untuk mencapai kesejahteraan rakyat. <br> Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka politik luar negeri Indonesia akan ditujukan pada perluasan kerja sama ekonomi dan keuangan antara Indonesia dengan dunia luar, baik Timur maupun Barat, selama kerja sama itu menguntungkan bagi kepentingan Indonesia.<br> Sebagai wujud nyata dari niat itu, Indonesia memulihkan kembali hubungan baik dengan Malaysia termasuk Singapura yang sempat terganggu akibat kebijakan konfrontasi Indonesia 1963-1966. Di samping itu, sejak 28 September 1966, Indonesia kembali aktif di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada era Orde Lama, Indonesia pada 1 Januari 1965, keluar dari lembaga tersebut. Langkah berikutnya, Indonesia bersama Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina membentuk organisasi kerja sama regional ASEAN (Association of South East Asian Nation) di Bangkok 8 Agustus 1967. Tujuan pembentukan ASEAN ini adalah untuk meningkatkan kerjasama regional khususnya di bidang ekonomi dan budaya.

Integrasi Timor-Timur

Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi Masa Orde Baru

Uji Kompetensi

Student Ratings & Reviews

No Review Yet
No Review Yet

Want to receive push notifications for all major on-site activities?